Friday, April 22, 2011

Bahagia Bukan Semestinya Kerana cinta

Oleh Norhidayah Hamdan


Sengaja saya menggunakan huruf kecil pada perkataan "cinta" itu. Jika saya menggunakan huruf C besar pada perkataan cinta itu,lain tafsirannya bagi saya.Nanti akan saya jelaskan.

Bila melayari internet , suka saya untuk melakukan aktiviti "blogjalan" ke blog-blog teman-teman saya yang majoritinya saya langsung tidak pernah kenal secara realiti. Hanya di alam maya. Saya suka membaca kisah keceriaan mereka, kesukaan mereka,kisah perjalanan hidup mereka dan kebahgiaan mereka. Alhamdulillah.

Cuma , satu persoalan sering bermain-main di fikiran saya ini..

"Nampak bahagia sekarang? Ada boyfriend ea?" "Mesti sebab cinta kan, sebab tu senyum sampai ke telinga." "Pintu hati sudah lama tertutup,akhirnya sejak hadirnya dia , saya sudah boleh tersenyum kembali."

Ok. Yang saya jadi sangat-sangat tertanya-tanya..

Adakah kerna c.i.n.t.a saja , kita boleh bahgia?cinta yang saya maksudkan ini adalah dalam konteks cinta seorang manusia yang bergelar seorang lelaki/wanita kepada seorang wanita/lelaki?

Bila bercakap soal kebahgiaan kerana cinta seorang manusia ini,perlu ke dihebahkan di alam maya ini ? Perlu ke kisah kebahgiaan cinta kita dijaja?Kisah kebahgiaan cinta yang belum tentu akan jadi.Maaflah , bukan saya mendoakan yang buruk-buruk,[I'Allah,jika benar laluannya , caranya , semoga kelak akan bersatu menjadi yang halal], tapi sejenak fikirkan , kalau kisah cinta itu terputus di tengah jalan......?!@#$$..Pasti akan mula diceritakan derita dan sengsara.

Pernah tak ceritakan tentang kebahgiaan kita bersama kawan-kawan kita? Keluarga kita?Pernah tak kita bertanya soalan ini kepada sesiapa yang bahagia...?

"Eh! Bahgianya..mesti ada berita gembira dari keluarga ni kan?" "Ceria je. Jumpa kawan-kawan ke tadi?" "Siapa yang buat kau bahgia dan ceria sangat ni? Mesti keluarga kau kan."

Macam pelik kan kalau bertanya soalan sebegitu ? Tapi adakah ianya salah?Tidak kan...?!

Kawan-kawan,
Tidak salah berbahgia kerana cinta. Silalah bahgia dengan cinta kalian. Cuma biarlah ianya cinta yang kita benar-benar pasti kesudahannya dan benar-benar pasti dengan siapa cinta itu bersemi.

Bahgia kerana seorang suami/isteri -> TERBAIK
Bahgia kerana keluarga -> TERAGUNG
Bahgia kerana teman-teman -> TERINDAH
Bahgia kerana ALLAH -> KEKAL DAN ABADI SELAMANYA

Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah, telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:

"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia. "

Ada pun kelazatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, kerana hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.

Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.

Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah.

Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir,Nabi Muhammad saw.

Kerana itu, dalam surah Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersaksi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam."

Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.

Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia, hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nya, serta ikhlas menjalankan aturan-Nya.

Kita seharusnya mendambakan diri kita merasa bahagia dalam solat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.

Mudah-mudahan. Allah mengurniakan kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin..

No comments:

Post a Comment